Pages

Siapakah Dulmatin dumatin




Siapakah Dulmatin?

Dulmatin yang bernama asli Joko Pitono, memiliki banyak nama alias, yaitu Amar Usmanan, Joko Pitoyo, Abdul Matin, Pitono, Muktarmar, Djoko, dan Noval.

Dia lahir di Desa Petarukan, Kecamatan Petarukan, Pemalang pada 6 Juni 1970.

BBC menyebut Dulmatin dengan julukan "si jenius". Dia dikenal luas sebagai anggota senior dari kelompok militan Jamaah Islamiyah (JI), dan menjadi buron baik pemerintah Indonesia, maupun pemerintah Amerika Serikat.



AS bahkan menawarkan sepuluh juta dolar AS untuk siapapun yang mengetahui keberadaan Dulmatin. Itu mengindikasikan betapa berpengaruhnya gembong teroris yang juga dicari pemerintah Filipina itu.

Washington juga menawarkan jumlah sama kepada Thailand pada 2003 karena membantu menangkap Hambali, yang dijuluki "Osama Bin Laden" Asia Tenggara oleh Dinas Intelijen AS (CIA).

Menurut pemerintah AS, pria peranakan Jawa-Arab bertinggi 172 cm, berat 70 kg, dan warna kulit coklat ini adalah ahli elektronik yang pernah berlatih di kamp Alqaidah di Afghanistan.

Jago elektro

Dilahirkan di Jawa Tengah, Dulmatin awalnya bekerja sebagai tukang jual mobil, namun tidak ada yang mengetahui sejak kapan dia terlibat dalam jaringan teroris.

Dulmatin dipercaya sebagai pelindung Azahari Husin atau Dr. Azahari, otak Bom Bali tahun 2002 yang akhirnya tewas dalam satu penyergapan polisi di Batu, Malang, tahun 2005.

Meski diyakini tidak mempunyai latar belakang keterampilan listrik formal, tetapi dia dikenal sebagai jago listrik. Konon, keterampilan ini diperolehnya langsung dari Dr. Azahari.

Menurut Asia Pacific Foundation, Dulmatin adalah sedikit diantara anggota militan yang mampu merakit dan meledakan bom klorat dan nitrat.

Dulmatin juga diketahui mengikuti pelatihan militer di kamp Afganistan. Sepulang ke Indonesia pertengahan 1990an, dia menjadi pengunjung tetap salah satu pesantren milik Abu Bakar Ba'asyir di Solo.

Bom Telepon

Dulmatin dikenal di dunia internasional ketika menjadi tokoh kunci di balik serangan bom pada dua klub malam di Bali, Oktober 2002. 202 orang dinyatakan meninggal dunia, kebanyakan adalah wisatawan mancanegara.

Tokoh ini juga dipercaya telah memasang salah satu bom yang dihubungkan dengan telepon seluler dengan para pembom bunuh diri di Bali. Bersama Dr. Azahari, dia juga merakit bom mobil yang digunakan dalam serangan itu.

Layaknya Dr. Azahari dan koleganya Noordin Mohamad Top, beberapa analis percaya bahwa Dulmatin terlibat dalam berbagai serangan bom di Asia Timur, tetapi tidak cukup bukti untuk memperkuat sangkaan ini.

Sejak 2003, Dulmatin dipercaya bermarkas di Filipina Selatan membantu melatih anggota militan lain di kamp rahasia.

Abu Sayyap

Februari 2009 lalu, militer Filipina mengonfirmasikan bahwa Dulmatin tidak terbunuh pada kontak senjata tahun 2007.

Militer Filipina menyatakan Dulmatin bersembunyi di hutan belantara di kawasan selatan negara itu.

Waktu itu, Komandan Pasukan Marinir Filipina Mayjen Juancho Sabban, menegaskan bahwa intelijennya mengatakan bahwa Dulmatin ada di Provinsi Sulu, yang menjadi basis kelompok teroris Abu Sayyaf.

Juancho juga menjebutkan bahwa buron Jamaah Islamiyah lainya, Umar Patek, juga berada di daerah itu di bawah perlindungan kelompok Abu Sayyap.

Di samping tahun 2007, Dulmatin dikabarkan tertembak mati pada Februari 2008, namun tes DNA yang dilakukan AS menyebutkan jenazah orang yang ditembak militer Filipina, bukan Dulmatin.

Juanco mengatakan, Umar Patek dan Dulmatin, yang bersembunyi di Filipina setelah Bom Bali 2002, telah melatih para anggota kelompok militan Filipina dan perancang sejumlah serangan bom di negara itu.

Pada 2005 dia dikira terbunuh dalam serangan udara olah angkatan udara Filipina, tetapi ternyata pemerintah Manila mengakui salah.

Setahun kemudian, pada Januari 2007 tentara Filipina meyakini Dulmatin terluka akibat kontak senjata dengan militer ketika bentrok dengan kelompok Abu Sayyaf. (*)

 Cerita mistis dibalik kematian Dulmatin

Sepekan sudah penggerebekan teroris di Pamulang, Tangerang Selatan berlalu. Di tengah masyarakat sekitar, penggerebekan yang menewaskan tiga tersangka teroris itu kini justru melahirkan cerita-cerita mistis.

Sebagai contoh cerita mengenai arwah gentayangan salah satu tersangka teroris, Hasan Nur yang tewas. Hasan Nur merupakan pelanggan sebuah warung nasi uduk yang berjarak 100 meter dari rumah Fauzi di Gang Asem. Oleh Densus 88, Hasan tewas ditembak persis di depan warung nasi uduk langganannya tersebut.

"Setiap pagi setelah salat subuh, dia (Hasan Nur) sering makan di sini. Sering ngetok pintu tanya nasi uduk sudah ada belum. Pas sehari setelah penggerebekan pukul O4.30 WIB ada yang ngetok pintu tapi nggak ada orangnya. Suaranya mirip Hasan Nur, saya takut, nggak saya buka," kata Pipit (56) kepada wartawan di rumahnya, Gang Asem, Pamulang, Tangerang Selatan, Senin (15/3/2010)

Pipit menduga hal itu karena ada darah Hasan di lantai akibat peluru bersarang yang belum kering.
"Setelah darah itu dibersihkan tidak ada lagi yang ngetok-ngetok,"imbuhnya.

Cerita serupa juga dialami oleh salah satu petugas jaga Polsek Pamulang. Sehari setelah penggerebekan, sekitar pukul 02.00 WIB dini hari, ada seseorang yang tubuhnya bersimbah darah mendatangi Mapolsek Pamulang untuk menanyakan motornya.

"Pagi-pagi sekitar pukul 02.00 WIB, dengan kondisi pagar sudah ditutup, saat itu gerimis, ada orang di depan tiang bendera. Disamperin ditanya ada apa mas, dia jawab saya mau ngambil motor saya pak, kenapa berdarah saya tanya lagi, saya mau ambil motor saya pak, karena niat mau nolong saya ke dalam sebentar, saat menoleh ke belakang orang itu sudah tidak ada," tutur petugas polisi berpangkat bripka yang enggan disebut namanya itu.

Cerita lain datang dari salah satu karyawan Salon Rinova yang bersebelahan dengan Multiplus, tempat tewasnya Yahya Ibrahim alias Dulmatin. Karyawan tersebut sering mendengar suara tangisan dan rintihan dari lantai 2 ruko Multiplus. Padahal diketahui tempat tersebut sudah tutup dan tidak pernah ada yang menginap di ruko yang terletak di Jl Siliwangi itu.

"Ada yang teriak-teriak sambil menangis semalam, di lantai 2. Padahal Multiplus sudah tutup dan tidak pernah ada yang nginep," kata salah satu karyawan salon yang enggan disebut namanya itu.

No comments:

Post a Comment